BBS (Behavior Based Safety) Adalah : Pengertian, Manfaat, Tantangan, Menerapkan dan Mengukur, dan Kesimpulan

Behavior Based Safety adalah sistem manajemen keselamatan yang berfokus pada pengamatan dan analisis perilaku karyawan untuk mengidentifikasi dan memperbaiki potensi bahaya keselamatan. Sistem ini didasarkan pada premis bahwa sebagian besar kecelakaan disebabkan oleh perilaku tidak aman, dan perilaku ini dapat diamati dan diperbaiki melalui intervensi proaktif.

Proses Behavior Based Safety dimulai dengan identifikasi perilaku keselamatan kritis, yaitu perilaku yang telah terbukti paling mungkin menyebabkan kecelakaan. Setelah perilaku ini diidentifikasi, karyawan dilatih untuk menyadarinya dan memperbaikinya saat diamati. Pengamat keselamatan kemudian ditugaskan untuk mengamati karyawan dan memberikan umpan balik tentang kinerja mereka. Umpan balik ini digunakan untuk mengidentifikasi area di mana karyawan memerlukan pelatihan tambahan atau untuk mengidentifikasi potensi bahaya keselamatan yang perlu diperbaiki.

Proses BBS adalah siklus pengamatan, umpan balik, dan tindakan korektif yang berkelanjutan yang dirancang untuk terus meningkatkan keselamatan di tempat kerja.

Apa yang dimaksud dengan Behavior Based Safety?

Behavior Based Safety adalah proses yang membantu mengidentifikasi dan mengubah perilaku yang tidak aman. Proses ini melibatkan empat langkah:

  1. Langkah pertama dalam Behavior Based Safety adalah mengamati dan merekam perilaku. Ini dapat dilakukan melalui pengamatan langsung, analisis video, atau laporan diri. Setelah perilaku diamati, mereka dapat dianalisis untuk mengidentifikasi tren.
  2. Tren dapat dianalisis dengan melihat frekuensi perilaku, keparahan perilaku, atau jumlah kecelakaan yang dikaitkan dengan perilaku tertentu. Setelah tren diidentifikasi, intervensi dapat dirancang untuk mengubah perilaku tidak aman.
  3. Intervensi dapat bersifat mendidik, seperti memberikan pelatihan tentang praktik yang aman. Mereka juga bisa menjadi motivasi, seperti menawarkan hadiah untuk perilaku yang aman. Akhirnya, intervensi bisa bersifat menghukum, seperti tindakan disipliner untuk perilaku yang tidak aman.
  4. Langkah keempat dan terakhir dalam Behavior Based Safety adalah mengevaluasi hasil intervensi. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat perubahan perilaku yang terjadi akibat intervensi.

Manfaat Behavior Based Safety

Ada banyak manfaat menerapkan program Behavior Based Safety di tempat kerja. Berikut adalah tiga manfaat terpenting:

1. Behavior Based Safety dapat mengurangi jumlah kecelakaan dan cedera di tempat kerja.

Manfaat terpenting dari Behavior Based Safety adalah dapat mengurangi jumlah kecelakaan dan cedera di tempat kerja. Dengan mengidentifikasi dan mengoreksi perilaku tidak aman, kecelakaan dan cedera dapat dicegah. Hal ini dapat mengarah pada tempat kerja yang lebih aman bagi karyawan dan pengurangan biaya kompensasi pekerja bagi perusahaan.

2. Behavior Based Safety dapat meningkatkan moral dan motivasi karyawan.

Manfaat penting lainnya dari Behavior Based Safety adalah dapat meningkatkan moral dan motivasi karyawan. Ketika karyawan merasa bahwa perusahaan mereka berkomitmen untuk keselamatan mereka, mereka cenderung setia dan produktif. Selain itu, karyawan yang merasa aman di tempat kerja cenderung tidak sakit atau berhenti dari pekerjaannya.

3. Behavior Based Safety dapat menghemat uang perusahaan.

Terakhir, BBS dapat menghemat uang perusahaan. Dengan mencegah kecelakaan dan cedera, perusahaan dapat menghindari biaya yang terkait dengan klaim kompensasi pekerja, kehilangan produktivitas, dan biaya hukum. Selain itu, perusahaan yang memiliki catatan keamanan yang baik seringkali dapat memperoleh diskon atas premi asuransinya.

Tantangan Behavior Based Safety

Ada beberapa tantangan yang dapat muncul saat menerapkan program Behavior Based Safety. Salah satu tantangannya adalah mengajak karyawan untuk mengikuti program tersebut. Karyawan mungkin menolak untuk berubah atau mungkin tidak melihat perlunya program tersebut. Tantangan lainnya adalah mempertahankan partisipasi karyawan. Penting untuk membuat karyawan tetap terlibat dalam program agar efektif.

Tantangan lainnya adalah mengukur keberhasilan program. Program Behavior Based Safety mungkin sulit untuk diukur karena berfokus pada perubahan perilaku. Hal ini dapat membuat sulit untuk melihat dampak dari program. Terakhir, program Behavior Based Safety dapat memakan waktu dan mahal untuk diterapkan. Penting untuk mempertimbangkan biaya dan manfaat program sebelum menerapkannya.

Program Behavior Based Safety dapat menjadi cara yang efektif untuk mempromosikan perilaku aman di tempat kerja. Namun, ada beberapa tantangan yang bisa muncul saat mengimplementasikan program-program tersebut. Tantangan-tantangan ini dapat diatasi dengan perencanaan dan pelaksanaan yang matang.

Menerapkan Behavior Based Safety di tempat kerja

Behavior Based Safety adalah proses yang membantu organisasi mengidentifikasi dan mengubah perilaku yang tidak aman. Hal ini didasarkan pada premis bahwa sebagian besar kecelakaan disebabkan oleh kesalahan manusia, dan dengan mengubah perilaku tidak aman, organisasi dapat mencegah terjadinya kecelakaan.

Behavior Based Safety biasanya diimplementasikan melalui serangkaian langkah, antara lain:

  • Mengidentifikasi perilaku berbahaya
  • Mengidentifikasi akar penyebab dari perilaku tersebut
  • Mengubah lingkungan atau proses untuk menghilangkan akar penyebabnya
  • Melatih karyawan tentang prosedur baru
  • Memantau perilaku karyawan untuk memastikan perubahan diikuti

Jika dilakukan dengan benar, Behavior Based Safety dapat menjadi cara yang efektif untuk mencegah kecelakaan dan meningkatkan keselamatan di tempat kerja.

Mengukur keberhasilan Behavior Based Safety

Dalam hal keselamatan di tempat kerja, pemberi kerja sering kali ingin mengetahui seberapa efektif program keselamatan mereka. Lagi pula, program keselamatan yang dikelola dengan baik dapat menyelamatkan nyawa dan melindungi pekerja dari cedera. Ada sejumlah cara untuk mengukur keberhasilan program Behavior Based Safety. Berikut adalah enam yang paling umum:

1. Insiden yang dapat direkam

Salah satu cara untuk mengukur keberhasilan program Behavior Based Safety adalah dengan melacak jumlah insiden yang dapat direkam. Insiden yang dapat direkam didefinisikan sebagai cedera atau penyakit terkait pekerjaan yang memerlukan perawatan medis selain pertolongan pertama, atau kematian. Dengan melacak insiden yang dapat direkam, pemberi kerja dapat mengetahui apakah program keselamatan mereka mengurangi jumlah cedera dan penyakit di tempat kerja atau tidak.

2. Nyaris meleset

Cara lain untuk mengukur keberhasilan program Behavior Based Safety adalah dengan melacak jumlah nyaris celaka. Nyaris celaka didefinisikan sebagai insiden apa pun yang dapat mengakibatkan cedera atau penyakit, tetapi tidak. Melacak nyaris celaka dapat membantu pemberi kerja mengidentifikasi potensi bahaya sebelum mengakibatkan cedera atau penyakit.

3. Insiden pertolongan pertama

Cara lain untuk mengukur keberhasilan program Behavior Based Safety adalah dengan melacak jumlah insiden pertolongan pertama. Insiden pertolongan pertama didefinisikan sebagai insiden apa pun yang memerlukan perawatan medis di luar pertolongan pertama, tetapi tidak mengakibatkan cedera waktu hilang. Melacak insiden pertolongan pertama dapat membantu pemberi kerja mengidentifikasi potensi bahaya sebelum mengakibatkan cedera yang lebih serius.

4. Lost time injury

Cara lain untuk mengukur keberhasilan program Behavior Based Safety adalah dengan melacak jumlah jam kerja yang hilang. Lost time injury didefinisikan sebagai setiap cedera yang mengakibatkan pekerja tidak dapat kembali bekerja pada hari berikutnya. Melacak cedera waktu yang hilang dapat membantu pemberi kerja mengidentifikasi potensi bahaya sebelum mengakibatkan cedera yang lebih serius.

5. Cedera kerja terbatas

Cara lain untuk mengukur keberhasilan program Behavior Based Safety adalah dengan melacak jumlah cedera kerja terbatas. Cedera kerja terbatas didefinisikan sebagai cedera yang mengakibatkan pekerja tidak dapat kembali bekerja pada hari berikutnya, tetapi tidak memerlukan rawat inap. Melacak cedera kerja terbatas dapat membantu pemberi kerja mengidentifikasi potensi bahaya sebelum mengakibatkan cedera yang lebih serius.

Kesimpulan

Behavior Based Safety (BBS) adalah sistem manajemen keselamatan yang berfokus pada pengamatan dan analisis perilaku karyawan untuk mengidentifikasi dan memperbaiki perilaku berbahaya. Tujuan BBS adalah untuk mengurangi atau menghilangkan kecelakaan dan cedera dengan mengubah perilaku yang tidak aman.

Program BBS biasanya diterapkan di tempat kerja yang mengutamakan keselamatan, seperti pabrik manufaktur dan lokasi konstruksi. Program BBS biasanya melibatkan penggunaan kartu observasi keselamatan, yang digunakan untuk mencatat perilaku tidak aman. Kartu ini kemudian digunakan untuk mengidentifikasi tren dan menargetkan perilaku tertentu untuk perbaikan.

Program BBS telah terbukti efektif dalam mengurangi kecelakaan dan cedera di tempat kerja. Dalam satu penelitian, BBS terbukti mengurangi kecelakaan hingga 50% dan cedera hingga 75%.

Jika Anda mempertimbangkan untuk menerapkan program BBS di tempat kerja Anda, ada beberapa hal yang perlu diingat. Pertama, penting untuk memastikan bahwa semua karyawan mengikuti program ini. Kedua, Anda perlu mengalokasikan sumber daya yang memadai untuk program tersebut, termasuk waktu, uang, dan personel. Terakhir, Anda harus berkomitmen untuk implementasi program jangka panjang agar dapat melihat hasilnya.

Leave a Comment