Kamu pasti tak asing dengan kata “bahasa baku” dan “bahasa tidak baku”. Ya, setiap kali kamu berbicara atau menulis, kamu mungkin secara tidak sadar menggunakan kata-kata yang termasuk dalam kategori tersebut. Mengapa masalah ini menjadi begitu penting? Mengapa banyak orang peduli dengan kata-kata tidak baku? Mari kita telusuri alasan di balik fenomena ini.
1. Kehidupan Berubah, Bahasa Pun Mengikuti
Bahasa adalah salah satu aspek yang terus berkembang seiring perubahan zaman. Seperti halnya cara berpakaian yang mengalami evolusi, bahasa juga berubah mengikuti tuntutan masyarakat dan kebutuhan sehari-hari. Kata-kata tidak baku muncul karena adanya perkembangan dan penemuan baru yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata yang sudah ada sebelumnya.
2. Bahasa yang Lebih Seragam dan Mudah Dipahami
Bahasa baku atau bahasa standar menjadi penting untuk menjaga komunikasi yang efektif dan efisien antara individu, kelompok, maupun masyarakat secara keseluruhan. Ketika setiap orang menggunakan kata-kata yang sama, ini membantu menghindari kesalahpahaman dan memudahkan pemahaman pesan yang ingin disampaikan. Kata-kata tidak baku cenderung membingungkan dan mengurangi efektivitas komunikasi.
3. Menghargai Budaya dan Sejarah Bahasa
Bahasa memiliki akar sejarah dan merangkul budaya. Saat kita menggunakan bahasa baku, kita sebenarnya menghormati sejarah bahasa Indonesia dan mempertahankan nilai-nilai budaya yang ada di dalamnya. Menggunakan kata-kata tidak baku bisa dianggap kurang menghargai warisan budaya kita dan mungkin juga membuat generasi mendatang merasa terasingkan dari akar bahasa mereka sendiri.
4. Peningkatan Wibawa dan Profesionalisme
Di dunia profesional, penggunaan kata-kata baku merupakan salah satu indikator kualitas seseorang dalam berkomunikasi. Bahasa yang baik dan benar akan memberikan kesan profesional dan menghindarkan kita dari kesan tidak serius atau kurang terdidik. Untuk mencapai kesuksesan di dunia karier, menggunakan kata-kata tidak baku dengan sengaja adalah risiko yang harus dihindari.
5. Pengaruh Media Sosial dan Teknologi
Tak bisa dipungkiri, kemajuan teknologi dan booming media sosial berdampak pada evolusi bahasa. Karakteristik media sosial yang membatasi jumlah karakter memaksa orang untuk menggunakan singkatan atau bahkan menciptakan kata-kata baru. Hal ini mempengaruhi pemahaman generasi muda terhadap bahasa baku, yang pada akhirnya memunculkan kata-kata tidak baku.
Dalam era digital seperti sekarang, penting bagi kita untuk menyadari alasan di balik sensasi kata tidak baku di masyarakat kita. Dengan tetap memahami pentingnya bahasa baku dan memperhatikan penggunaan kata-kata yang benar, kita dapat menjadi komunikator yang lebih efektif dan menjaga warisan bahasa kita dengan baik.
Apa Itu Alasan Kata Tidak Baku?
Dalam bahasa Indonesia, terdapat kaidah dan aturan dalam menggunakan kata-kata yang benar dan baku. Pada umumnya, kata baku adalah kata yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan diakui secara resmi oleh pemerintah. Namun, ada juga kata-kata yang tidak baku, yaitu kata-kata yang tidak dapat ditemukan dalam KBBI atau tidak diakui sebagai kata yang benar oleh pemerintah.
Definisi Kata Tidak Baku
Kata tidak baku adalah kata-kata yang digunakan oleh sebagian masyarakat, tetapi belum diakui secara resmi dalam penggunaan bahasa Indonesia. Kata-kata ini umumnya berasal dari bahasa daerah, bahasa asing, dialek tertentu, modifikasi, atau bahkan singkatan yang tidak resmi. Penggunaan kata tidak baku tidak dianjurkan dalam penulisan resmi, seperti dalam berita atau dokumen resmi.
Contoh Kata Tidak Baku
Beberapa contoh kata tidak baku antara lain “ksatria” yang seharusnya “prajurit”, “wrenten” yang seharusnya “rentenir”, “ura-ura” yang seharusnya “rumor”, dan lain sebagainya. Ada juga kata tidak baku yang sering kita temui dalam percakapan sehari-hari, seperti “pelit” yang seharusnya “kikir” atau “boros” yang seharusnya “boros”. Hal ini menunjukkan betapa luasnya ragam kata tidak baku dalam penggunaan bahasa Indonesia.
Alasan Kata Tidak Baku
Ada beberapa alasan mengapa kata-kata tidak baku ada dan digunakan oleh sebagian masyarakat. Pertama, adanya pengaruh bahasa daerah. Setiap daerah memiliki bahasa dan dialeknya sendiri, sehingga kata-kata dalam bahasa daerah tersebut sering ikut digunakan dalam percakapan sehari-hari. Meskipun kata-kata tersebut tidak termasuk dalam kategori baku, penggunaannya secara luas membuatnya diterima oleh sebagian besar masyarakat.
Selain itu, pengaruh bahasa asing juga menjadi faktor penyebab kata-kata tidak baku. Seiring dengan perkembangan zaman dan adanya interaksi dengan budaya luar, kata-kata dari bahasa asing masuk ke dalam bahasa Indonesia. Contohnya adalah kata “scuba diving” yang seharusnya “selam menyelam” atau “chit-chat” yang seharusnya “obrolan ringan”. Meskipun penggunaan kata-kata tersebut tidak baku, tetapi pengaruh bahasa asing membuatnya sering digunakan dalam percakapan sehari-hari.
Selanjutnya, penggunaan kata tidak baku bisa disebabkan oleh adanya modifikasi atau singkatan tidak resmi. Dalam percakapan sehari-hari, seringkali kita menjumpai kata-kata yang dimodifikasi menjadi singkat atau lebih mudah diucapkan. Misalnya, kita menggunakan kata “oke” sebagai pengganti “baik”, atau “nongkrong” sebagai pengganti “nongkrong”. Meskipun penggunaan kata-kata tersebut tidak baku, tetapi lazim digunakan dalam percakapan sehari-hari.
Penanganan Penggunaan Kata Tidak Baku
Meskipun kata-kata tidak baku sering digunakan dalam percakapan sehari-hari, penting bagi kita untuk tetap mengutamakan penggunaan kata-kata baku dalam penulisan resmi atau komunikasi formal. Untuk itu, sebaiknya kita selalu berpedoman pada Kamus Besar Bahasa Indonesia atau sumber resmi bahasa Indonesia lainnya dalam menggunakan kata-kata yang benar dan baku.
Selain itu, kita juga dapat meningkatkan pemahaman tentang penggunaan kata-kata baku dengan membaca dan mendengarkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Buku panduan tentang tata bahasa Indonesia juga dapat menjadi acuan yang baik untuk meningkatkan kemampuan menggunakan kata-kata yang benar.
Dalam percakapan sehari-hari, kita dapat mengingatkan diri sendiri dan orang lain untuk menggunakan kata-kata baku dengan memperbaiki penggunaan kata tidak baku. Dengan memberikan contoh penggunaan yang benar dan menjelaskan alasan penggunaan kata baku, kita secara bertahap dapat meningkatkan kualitas penggunaan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari.
Cara Alasan Kata Tidak Baku
Menghadapi kata-kata tidak baku dalam percakapan sehari-hari, kita dapat menyampaikan alasan penggunaan kata baku dengan cara yang baik dan sopan. Berikut adalah beberapa cara untuk mengatasi kata tidak baku:
1. Jelaskan Penggunaan Kata Baku
Saat berbicara dengan orang yang menggunakan kata tidak baku, kita dapat menjelaskan dengan baik dan sopan bahwa ada kata baku yang dapat digunakan sebagai penggantinya. Berikan contoh penggunaan kata baku dan jelaskan alasan mengapa penggunaan kata tersebut lebih disarankan.
2. Gunakan Kata Baku dalam Tanggapan
Ketika berkomunikasi dengan orang yang menggunakan kata tidak baku, kita dapat memberikan tanggapan dengan menggunakan kata baku. Misalnya, jika seseorang menggunakan kata tidak baku “rapat sosialisasi” yang seharusnya “rapat koordinasi”, kita dapat menggunakan kata baku “rapat koordinasi” saat memberikan tanggapan.
3. Berikan Contoh Penggunaan yang Benar
Jika seseorang menggunakan kata tidak baku dalam kalimat, kita dapat memberikan contoh penggunaan kata yang benar untuk membantu pemahamannya. Dengan memberikan contoh yang baik dan tepat, orang tersebut akan dapat melihat perbedaan dan alasan penggunaan kata baku.
FAQ (Frequently Asked Questions)
1. Apa dampak penggunaan kata tidak baku dalam penulisan resmi?
Penggunaan kata tidak baku dalam penulisan resmi dapat menurunkan kualitas dan keseriusan dokumen tersebut. Dokumen resmi seharusnya menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah dan aturan yang berlaku. Penggunaan kata tidak baku dapat mengganggu pemahaman pembaca dan menurunkan kredibilitas penulis.
2. Mengapa penting menggunakan kata-kata baku dalam percakapan formal?
Penggunaan kata-kata baku dalam percakapan formal penting untuk menjaga keseriusan dan kejelasan komunikasi. Dalam percakapan formal, kita perlu menjaga standar bahasa yang baik dan benar agar informasi yang disampaikan dapat dengan mudah dipahami oleh lawan bicara. Selain itu, penggunaan kata-kata baku juga meningkatkan kepercayaan dan kredibilitas kita.
3. Apakah penggunaan kata tidak baku dianggap salah?
Penggunaan kata-kata tidak baku bukanlah kesalahan yang harus dihindari sepenuhnya. Namun, dalam situasi formal atau komunikasi resmi, sebaiknya kita menggunakan kata-kata baku untuk menjaga kualitas komunikasi. Penggunaan kata tidak baku yang berlebihan atau tidak sesuai konteks dapat mengganggu pemahaman dan mengurangi keseriusan percakapan.
Kesimpulan
Penggunaan kata tidak baku dalam bahasa Indonesia tidak dapat dipungkiri bahwa ada di mana-mana. Pengaruh bahasa daerah, bahasa asing, dan modifikasi kata menjadi alasan utama penggunaan kata tidak baku. Meskipun penggunaannya sering dilakukan dalam percakapan sehari-hari, kita sebaiknya tetap mengutamakan penggunaan kata baku dalam penulisan resmi atau komunikasi formal.
Penggunaan kata-kata baku dalam percakapan formal penting untuk menjaga kualitas dan keseriusan komunikasi. Kita dapat menyampaikan alasan penggunaan kata baku dengan cara yang baik dan sopan, serta memberikan contoh penggunaan yang benar kepada orang lain. Dalam melakukan itu, kita dapat meningkatkan pemahaman dan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar secara bertahap.
Jadi, mari kita semua bersama-sama meningkatkan pemahaman dan penggunaan kata-kata baku dalam bahasa Indonesia untuk menjaga kualitas dan kejelasan komunikasi kita.